Soal :
- Salah satu kekhawatiran dari para scientist tentang global warming adalah matinya sirkulasi termohaline. Kenapa para ahli bisa berpendapat seperti ini ??
- Apa efek dari terhentinya sirkulasi termohaline ??
JAWAB :
A. Sirkulasi Termohalin adalah sirkulasi
samudera skala besar yang digerakkan oleh gradien densitas global yang
dihasilkan melalui panas permukaan dan fluks air tawar. Karena densitas
dipengaruhi oleh suhu (termo) dan salinitas (halin), maka sirkulasi ini disebut
sirkulasi termohalin. Pemanasan global merupakan kenaikan suhu rata-rata
permukaan bumi dan atmosfer akibat bertambahnya emisi gas rumah kaca.
Perubahan
iklim sudah menjadi isu global yang sangat menyita perhatian seluruh dunia.
Peristiwa kenaikan rata-rata suhu bumi dalam suatu periode tertentu ini
mengundang para peneliti dari seluruh dunia untuk melakukan kajian menyangkut
pengaruh perubahan iklim terhadap kehidupan manusia.
Bagaimana sirkulasi
termohalin dapat mempengaruhi iklim dan menahan laju perubahan iklim global,
inilah yang sedang dikaji banyak peneliti di dunia. Sejak tahun 1960-an, para
ilmuan mulai mengembangkan model iklim untuk membantu memahami peran laut dalam
mengatur iklim. Berdasarkan hasil riset yang dipublikasikan NASA (Juni 1999),
bahwa sepanjang abad ke-20, laut telah mengurangi sekitar separuh dari
pemanasan suhu permukaan. Namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir
mulai meragukan kestabilan sirkulasi termohalin dalam menahan laju pemanasan
global dalam jangka panjang.
Dengan
suhu bumi yang semakin meningkat, gas rumah kaca yang terus meningkat (akibat
aktifitas manusia) dan es yang terus mencair, dapat menyebabkan kadar garam air
laut berkurang yang pada gilirannya mengakibatkan titik bekunya meningkat. Pada
musim dingin permukaan air di kutub utara akan membeku dan menghambat proses
pertukaran panas sehingga dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi air laut yang
pada gilirannya mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
Toggweiler
dan M. Key (tt) mengatakan bahwa pendinginan laut di daerah lintang tinggi
membuat permukaan air di kutub lebih padat dibanding dengan perairan hangat di
lintang yang lebih rendah sehingga dapat mendinginkan sirkulasi termohalin pada
daerah dingin. Salinitas tinggi pada air laut yang melalui samudera Atlantik
secara dangkal di pahami akan memberi kontribusi positif bagi kekuatan dan
kestabilan sirkulasi termohalin.
Hal ini
tidaklah benar, karena siklus air tawar antara laut dan atmosfer (siklus
hidrologi) di daerah lintang tinggi menyebabkan penambahan konsentrasi air
tawar pada daerah tersebut sehingga dapat mengurangi kepadatan (salinitas) air
permukaan kutub. Siklus hidrologi bumi diprediksikan menjadi lebih kuat pada
masa akan datang dengan terus berlangsungnya pemanasan global. Hal ini
diprediksi dapat memperlemah sirkulasi termohalin dengan sangat mendadak dan
tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Manabe dan
Stouffer (1993) memproyeksikan bahwa kenaikan kada CO2 sebesar empat
kali lipat dapat menyebabkan sirkulasi termohalin collaps (keruntuhan). Secara
substansial, ini akan menyebabkan lapisan termoklin (lapisan air laut yang
memisahkan air hangat permukaan dengan air laut dalam yang dingin-berada pada
kisaran 80 – 1000 meter) menjadi lebih dalam dan terjadi pergeseran dalam
pertukaran panas antara belahan bumi bagian utara dan selatan.
. Banyak
konsensus lainnya yang coba memprediksi respon sirkulasi termohalin terhadap
pemanasan global. Lebih dari itu, Wood, R., A. et al (2003) mengatakan bahwa
semua proyeksi konsensus dari beberapa model yang telah dianalisa oleh beberapa
peneliti menyatakan bahwa sirkulasi termohalin akan semakin melemah atau tidak berubah dalam satu abad ke depan dalam merespon meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca. Pemanasan global yang terjadi saat ini akibat
adanya efek gas rumah kaca yang dapat merubah dan bahkan mematikan sirkulasi
sabuk global.
Pada
dasarnya, alam kita selalu bergerak menuju titik keseimbangannya (ekuilibrium).
Selama manusia masih tetap berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca, sehingga memicu pemanasan global, maka suhu global juga akan
bergerak menuju titik keseimbangannya. Sirkulasi termohaline sebagai salah satu
komponen sistem alam yang mempengaruhi iklim bumi juga akan mengalami
perubahan, baik kekuatan maupun kestabilannya, sampai pada ambang batasnya.
Namun apakah sirkulasi termohalin akan terus dipaksa oleh pemanasan global ini
sampai melewati ambang batas itu?
B. Efek dari terhentinya sirkulasi
termohaline :
1. Menyebabkan berkurangnya laju suplai
nutrisi terhadap biota laut.
2. Berkurangnya kandungan oksigen di
laut dalam secara drastic akibat terganggunya distibusi atau penyebaran oksigen
melalui siklus termohalin.
3. Sirkulasi
Termohalin berperan penting dalam menyediakan panas dari daerah ekuator ke
daerah-daerah kutub dan mengatur jumlah es laut di daerah ini. Dengan
terganggunya siklus ini, maka akan terjadi hambatan pula dalam penyebaran panas
di laut sehingga laut dengan suhu yang lebih tinggi akan semakin hangat dan
laut dengan suhu yang lebih rendah akan semakin dingin.
4. Perubahan
sirkulasi Termohalin berpengaruh pula terhadap bujet radiasi Bumi.
5. Juga
berperan penting dalam menentukan konsentrasi CO2 yang
terlarut di laut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Perubahan Iklim dan Sirkulasi Laut Global.
http://edukasi.kompasiana.com. Diakses
tanggal 18/10/2012/pukul 20.00 WIB
Gumyadi,
Gempar. 2012. Siklus Termohalin. http://gemparbumi.blogspot.com. Diakses tanggal
18/10/2012/pukul 20.15 WIB
Hutabarat, Sahala dan M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Supangat, Agus dan
Susanna. 2007. Oseanografi Fisik (BRKP).
Jakarta : BRKP
Sutedja, Yulianto. 2012. Bahan Ajar : Kompresibilitas, Suhu Adiabatik
dan Spesifik Heat. Inderalaya : Universitas Sriwijaya
Stocker danSchmitter.
1997. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap
Sirkulasi Laut. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/352103138_0216-1877.pdf.
Diakses tanggal 18/10/2012/pukul 21.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar