BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Akustik merupakan salah satu bidang atau instrumen
Kelautan yang mendekteksi target di permukaan, kolom perairan dan dasar
perairan dengan memanfaatkan gelombang suara sebagai medianya. Dalam
mendekteksi target, akustik menerapakn teori gelombang suara dan perambatannya
dalam suatu medium, khususnya medium elastis seperti air.
Bunyi, sebagai alat pendekteksi, memerlukan media
elastis dalam perambatannya. Media tersebut dapat berupa benda gas, padat,
maupun cair. Setiap bunyi yang merambat di media itu, memiliki kecepatan
sendiri tergatung pada kerapatan medium itu. Artinya, bunyi (suara) merupakan
gelombang mekanik yag memerlukan media dalam perambatanya.
Untuk itu, sebelum membahas terlalu jauh tentang
akustik dan prinsip-prinsipnya, kita perlu memahami terlebih dahulu perihal
perambatan gelombang, terutama gelombang bunyi pada beberapa medium (gas, padat
dan cair). Dalam dunia akustik, medium perambatan gelombang yang paling
berperan ialah zat cair.
Dalam makalah ini, akan dibahas cepat rambat
gelombang, cepat rambat gelombang pada zat cair, faktor-faktornya, bagaimana
gelombang dapat merambat, serta persamaan-persamaan dalam perambatan gelombang.
1.2.
Tujuan
1.
Memahami mekanisme perambatan gelombang.
2.
Memahami cepat rambat gelombang bunyi
dalam medium padat, cair dan gas.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat rambat gelombang bunyi dalam medium cair.
4.
Mengetahui persamaan-persamaan dalam
kaitannya dengan perambatan gelombang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Perambatan Gelombang
Gelombang merupakan
suatu getaran (gangguan) yang merambat. Sedangkan getaran itu sendiri merupakan
gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Gelombang berbeda
dengan materi. Selama perambatannya (selama menjalar), gelombang hanya
memindahkan energi, sementara materi selama berpindah selalu memindahkan massa
dan energinya.
Misalnya saja kita
meletakkan sebuah gabus di permukaan air yang datar, kemudian sebuah batu
dijatuhkan tidak jauh dari gabus itu. Batu jatuh di permukaan air berperan
sebagai pengganggu (pemberi usikan) sehingga munculah gelombang permukaan air
yang merambat menjauhi tempat usikan itu. Gelombang yang merambat itu hanya
memindahkan energi saja tanpa menggeser medium gelombangnya, yaitu air. Hal itu
dibuktikan, gabus yang semula diam kemudian bergerak naik-turun, namun tidak
hanyut.
Berdasarkan medium
rambatnya, gelombang terbagi atas gelombang mekanis dan gelombang
elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang dapat
merambat baik melalui media maupun tanpa media. Sedangkan gelombang mekanis
ialah gelombang yang hanya dapat merambat melalui medium. Gelombang mekanis
biasanya merambat melalui media elastis, seperti gas, zat padat, ataupun zat
cair. Media elastis ialah suatu medium yang dapat mengalami deformasi.
Gelombang mekanis
ditimbulkan oleh adanya pergeseran energi dari sumber getaran dari kedudukan
normalnya. Karena sifat elastis medium, maka gangguan tersebut akan
ditransmisikan (dipindahkan) dari suatu lapis ke lapis berikutnya. Sebagai
akibatnya, gangguan atau gelombang ini akan bergerak maju melalui medium
tersebut, sedangkan medium itu sendiri tidak secara keseluruhan bersama-sama
gerak gelombang tersebut, namun bagian medium tersebut hanya berosilasi di
dalam jalan yang terbatas. Gelombang akan membuat objek bergerak, yang berarti
gelombang memindahkan energi (tenaga) ke benda/objek. Setelah gangguan
(gelombang) ini lewat, keadaan medium akan kembali ke keadaan semula seperti
sebelum gangguan ini datang.
Berdasarkan arah getar
terhadap arah rambatnya gelombang mekanik terbagi lagi menjadi gelombang
transversal dan gelombnag longitudinal. Gelombang transversal merupakan
gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya. Sedangkan di
dalam gelombang longitudinal, partikel medium bergetar di dalam arah yang sama
seperti arah di dalam mana gelombang itu sendiri dijalarkan. Artinya gelombang
longitudinal akan merambat searah (sejajar) dengan arah getarnya.
Contoh
Gelombang Transversal
Misalnya, sebuah tali
horizontal dibuat berosilasi bolak-balik di sebuah ujung, maka sebuah gelombang
transversal akan berjalan sepanjang tali tersebut. Gangguan bergerak sepanjang
tali tetapi partikel-partikel tali bergetar di dalam arah yang tegak lurus
kepada arah penjalaran gangguan. Sederhananya ialah terlihat ketika kita
menggerakkan tali secara tegak lurus dari ujung tali sebelah kiri, maka akan
tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah yang tegak lurus dengan arah
rambat gelombang ke kanan.
Namun, jika gerak partikel yang mengangkut sebuah
gelombang mekanis adalah bolak-balik sepanjang arah penjalaran, maka kita
mempunyai sebuah gelombang longitudinal (longitudinal
wave). Panjang satu gelombang yang selanjutnya disebut panjang gelombang
(λ) pada gelombang longitudinal tersusun oleh satu renggangan dan satu rapatan, sedangkan pada gelombang
transversal tersusun oleh satu bukit dan satu lembah.
Rapatan Renggangan
Contoh Gelombang
Longitudinal
Misalnya, bila sebuah pegas vertikal di bawah
tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke bawah di sebuah ujung, maka sebuag
gelombang longitudinal berjalan sepanjang pegas tersebut, koil-koil tersebut
bergetar bolak-balik di dalam arah di mana gangguan berjalan sepanjang pegas.
Rapatan merupakan daerah di mana kumparan pegas
saling mendekat. Renggangan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling
menjauhi. Contoh gelombang longitudinal ialah gelombang bunyi (yang akan
dibahas pada sub bab berikutnya).
Gelombang berjalan (merambat) memiliki kecepatan,
frekuensi, periode, panjang gelombang, dan waktu tempuh. Frekuensi menyatakan banyaknya
gelombang yang terjadi dalam satu detik. Satuan dari frekuensi adalah Hertz
(Hz). 1 Hertz sama dengan 1 siklus per detik atau satu gelombang sempurna dalam
satu detik. Periode adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk saru gelombang
sempurna, satuannya dalam detik (second). Periode ditentukan oleh sumber suara
dan bukan oleh medium yang dilaluinya. Periode berbanding terbalik dengan
frekuensi, periode akan meningkat atau
bertambah bila frekuensi menurun.
Dimana :
P = 1/f
P = Periode gelombang
(detik)
f = frekuensi (Hz)
Panjang gelombang menyatakan jarak satu siklus
gelombang (jarak satu buah gelombang sempurna) dengan satuan meter. Jika pada
gelombang transversal panjang gelombang berupa jarak dari suatu titik puncak ke
pucak berikutnya (dari suatu lembah ke lembah berikutnya), namun pada gelombang
longitudinal, panjang gelombang ialah jarak antara rapatan yang berurutan atau
renggangan yang berurutan. Besarnya panjang gelombang dipengaruhi oleh cepat
rambat gelombang pada medium dan frekuensi.
Cepat rambat gelombang adalah kecepatan gelombang
suara ketika berjalan menembus medium. Kecepatannya dipengaruhi oleh sifat dan
kerapatan medium yang dilaluinya dan dinyatakan dalam meter per detik
(m/detik). Pada medium yang sama cepat rabat gelombang akan sama walaupun
frekuensinya berbeda.
s
V =
dimana, s adalah jarak (m) dan t adalah waktu (detik).
t
Namun, karena kita bicara dalam konteks gelombang,
maka s akan digantikan dengan jarak tempuh gelombang (λ) dan t digantikan
dengan periode (T), sehingga persamaan tersebut menjadi :
λ Dimana
:
V =
f = 1/T
T Maka :
V
= λ . f f
= frekuensi gelombang (Hz)
Simpangan
gelombang diberikan oleh :
y = ± A
sin (ωt ± kx)
·
A (+) awal getar ke atas
·
A (-) awal getar ke bawah
·
(ωt + kx) arah rambat ke kiri
·
(ωt + kx) arah rambat ke kanan
2π 2 π
ω = = 2πf k =
T λ
ω
V =
λ . f =
k
Bentuk
lain persamaan gelombang :
y
= ± A sin 2 π ﴾ ± ﴿
Contoh
:
1)
Saat hujan berlangsung, di langit
terjadi kilat, kemudian setelah 10 sekon terdengar suara gemuruh. Jika
kecepatan bunyi ditempat itu 340 m/s, berapakah jarak pendengar ke sumber bunyi
?
Penyelesaian
:
Dik : t = 10 sekon
v = 340 m/s
Dit : s = …..?
Jawab : s = v .
t
= (340 m/s) x (10 s)
= 3.400 meter
Jadi,
jarak pendengar ke sumber bunyi adalah 3.400 meter.
2)
Gelombang bunyi merambat di udara dengan
kecepatan 300 m/s. Jika panjang gelombangnya 25 cm, berapakah frekuensi
gelombang tersebut ?
Penyelesaian
:
Dik : v
= 300 m/s
λ = 25 cm = 0,25 cm
Dit :
f = …..?
Jawab :
v
= λ . f f = v / λ
300 m/s
=
0,25 m
=
1.200 Hz
Jadi, frekuensi
gelombang tersebut adalah 1.200 Hz.
3)
Gelombang transversal merambat dari A ke
B dengan cepat rambat 12 m/s pada frekuensi 4 Hz dan amplitude 5 cm. Jika jarak
AB = 18 cm, maka banyaknya gelombang yang terjadi sepanjang AB adalah …
Penyelesaian :
Dik : v
= 12 m/s
f = 4 Hz
XAB = 18 m
Jawab :
v 12
λ = = =
3 m
f 4
maka
panjang gelombang AB
XAB = 18 m n
=
λ
18
=
3
Untuk mentransmisikan gelombang
mekanis, maka kita perlu mempunyai sebuah medium (bahan) perantara. Sifat-sifat
medium yang menentukan laju sebuah gelombang melalui medium tersebut. Semua
medium bahan, termasuk katakanlah, udara, gas, dan padatan seperi baja
misalnya, memiliki sifat-sifat ini dan dapat mentransmisikan gelombang mekanis.
Elastisitasnyalah yang menimbulkan gaya-gaya pemulih pada setiap bagian medium
yang dipindahkan dari kedudukan kesetimbangannya. Yang akan dibahas selanjutnya
ialah gelombang mekanik berupa gelombang bunyi.
2.2.
Kecepatan Gelombang Suara (Bunyi) Pada Medium Padat, Gas dan Cair
Suara atau bunyi
merupakan suatu perjalanan energi dari gelombang mekanik yang melalui suatu
medium. Selain merupakan gelombang mekanik, bunyi juga termasuk dalam kelompok
gelombang longitudinal. Artinya, bunyi (suara) merambat sejajar dengan arah
getarnya dan hanya dapat merambat bila melalui suatu medium tertentu.
Bunyi berasal
dari benda yang mengalami gesekan lalu bergetar. Karena adanya gangguan gelombang
bunyi yang bersifat longitudinal, molekul melakukan getaran dengan arah sejajar
terhadap arah penjalaran bunyi. Proses merambatnya bunyi pada saat benda yang
bergetar akan menggetarkan molekul zat perantara/ medium di sekitarnya, lalu
molekul yang bergetar akan merambatkan ke molekul-molekul yang lainnya, dan
begitu seterusnya hingga getaran itu terdengar di telinga kita. Apabila
gelombang bunyi merambat di udara, perantaranya ialah partikel-partikel udara,
dan begitu juga pada medium lainnya.
Gelombang
mekanik ini merupakan getaran dari partikel-partikel di dalam suatu medium.
Gelombang udara yang melewati suatu medium akan menyebabkan perubahan-perubahan
partikel dalam medium tersebut dan bergerak secara longitudinal. Gerakan ini
menyebabkan terjadinya pemadatan dan perenggangan dari partikel-partikel yang
berdekatan. Jarak antara dua kelompok partikel yang memadat (compression) dan
merenggang (rarefaction) disebut panjang gelombang (λ).
Sederhananya,
mekanisme terjadinya gelombang bunyi ialah berawal saat getaran (gerakan objek)
menyentuh partikel zat yang ada di dekatnya (baik berupa gas, padat, ataupun
cair). Partikel zat pertama tersentuh akan meneruskan energi yang diterimanya
ke partikel sebelahnya. Demikian seterusnya partikel-partikel zat akan saling
bersentuhan sehingga membentuk rapatan dan renggangan yang dapat digambarkan
sebagai gelombnag yang merambat.
Bunyi/ suara
dapat terdengar karena adanya gangguan yang menjalar ke telinga pendengar. Gangguan
yang menjalar ini menyebabkan perubahan tekanan pada selaput pendengaran
manusia akibat dari penjalaran gelombang mekanik. Saat sampai di selaput
gendang telinga, getaran / gangguan ini diubah menjadi denyut listrik yang akan
dilaporkan ke otak melalui urat syaraf pendengaran.
Gelombang suara dapat
merambat (secara cepat atau perlahan) karena adanya perbedaan dorongan yang
kuat yang disebut variabel gelombang. Gelombang ini membawa energi yang tidak
bermuatan, dari satu tempat ke tempat lain. Ini adalah suatu bukti adanya
gelombang. Gelombang ini merambat karena adanya perbedaan tekanan yang disebut
juga dengan variabel akustik (acustic variable). Variabel ini termasuk tekanan,
densitas, temperature, dan gerakan partikel.
Bunyi dijalarkan
sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat,
gas dan cair. Jelas bahwa bunyi tidak akan terdengar pada ruang vakum (hampa
udara), karena tidak ada molekul yang dapat bertindak sebagai medium gelombang.
Untuk tetap dapat menjalarkannya di ruang vakum, perlu digunakan gelombang lain
yaitu gelombang elektromagnetik (seperti cahaya) sebagai perantaranya.
Hal ini pertama
kali dibuktikan melalui percobaan Robert Boyle, di mana dalam eksperimennyaia
memperlihatkan bel yang dideringkan di dalam tabung hampa udara tidak akan
terdengar dari luar. Sehingga didapatkan bahwa bunyi tidak akan dapat terdengar
bila tidak ada benda yang saling bergesekan (bergetar) dan tidak ada medium.
Terdapat 3 aspek
terjadinya bunyi, yaitu adanya sumber bunyi, medium yang merambatkan bunyi dan
adanya penerima yang berada di alam jangkauan sumber bunyi.
a)
Sumber
Bunyi
Sumber bunyi
merupakan benda-benda yang bergetar dan menghasilkan suara merambat melalui
medium atau zat perantara hingga dapat terdengar. Sumber bunyi berhubungan erat
dengan frekuensi bunyi. Frekuensi bunyi adalah banyaknya gelombang bunyi setiap
detik. Semakin besar frekuensi gelombang bunyi, berarti, semakin banyak pula
pola rapatan dan renggangan sehingga bunyinya akan terdengar semakin nyaring
(nadanya lebih tinggi). Berdasarkan frekuensinya, bunyi dapat digolongkan
menjadi tiga :
·
Infrasonik : bunyi yang frekuensinya di bawah 20 Hz
·
Audiosonik : bunyi yang frekuensinya antara 20-20.000 Hz
·
Ultrasonik : bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz
Daerah Daerah Daerah
Infrasonik
Audiosonik Ultrasonik
20 Hz 20.000 Hz
b)
Pendengar
Pendengar
merupakan objek yang dikenai oleh gelombang suara (gelombang bunyi). Suara yang
di hasilkan elemen tersebut bergetar ke depan dan merenggangkan udara sewaktu
bergerak ke belakang. Udara kemudian mentransmisikan gangguan-gangguan yang ke
luar dari sumber tersebut sebagai gelombang. Sewaktu memasuki telinga,
gelombang-gelombang ini menimbulkan sensasi bunyi (Halliday dan Resnick. 1978).
c)
Medium
Perambatan Bunyi
Gelombang-gelombang
bunyi, jika tidak dirintangi, akan menyebar di dalam semua arah dari sebuah
sumber (gelombang bunyi bersifat tiga dimensi), tapi agar lebih sederhana akan
dibahas penjalaran dalam satu dimensi saja. Cepat rambat bunyi berbeda-beda
untuk setiap material, yang menjadi medium perambatan gelombang. Di udara yang
bersuhu 0oC dan bertekanan 1 atm, bunyi merambat dengan kecepatan
331 m/s.
Kecepatan
bunyi dalam beberapa material ditunjukkan oleh tabel berikut :
Medium
|
Temperatur (oC)
|
Laju (m/s)
|
Udara
|
0
|
331,3
|
Udara
|
15
|
340
|
Hidrogen
|
0
|
1286
|
Oksigen
|
0
|
317,2
|
Air
|
15
|
1450
|
Air
|
25
|
1490
|
Timah
|
20
|
1230
|
Aluminium
|
20
|
5100
|
Tembaga
|
20
|
3560
|
Besi
|
20
|
5130
|
Helium
|
20
|
1005
|
Air
Laut
|
25
|
1530
|
Nilai-Nilai
Ekstrim
|
|
|
Granit
|
|
6000
|
Karet
yang diasapi
|
0
|
54
|
LAJU GELOMBANG BUNYI
Bunyi mempunyai cepat
rambat yang terbatas. Bunyi memerlukan waktu untuk berpindah. Cepat rambat
bunyi sebenarnya tidak terlampau besar. Cepat rambat bunyi jauh lebih kecil
dibadingkan dengan cepat rambat cahaya. Karena bunyi termasuk gelombang, cepat
rambat bunyi juga memenuhi persamaan cepat rambat gelombang. Cepat rambat bunyi
merupakan jarak yang ditempuh bunyi tiap satuan waktu, yang secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut :
v = s / t
Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk
gelombang, maka :
λ
v = = f . λ
T
Seperti untuk gelombang
transversal di dalam sebuah tali, maka digunakan hukum-hukum gerak Newton,
untuk menyatakan laju penjalaran gelombang longitudinal ini di dalam sifat
elastis dan sifat inersia dari suatu medium. Kecepatan jalar gelombang bunyi
ini bergantung pada interaksi dan sifat inersia
medium. Konstanta perbandingan perubahan tekanan pada sebuah benda, Δp,
kepada bagian perubahan volume yag dihasilkan, yakni –ΔV/V, dinamakan modulus
lenting elastisitas (bulk modulus of
elasticity) B dari benda tersebut.
B menyatakan interaksi
antar molekul. Yakni :
V . Δp
B = -
ΔV
B adalah positif (+)
karena suatu penambahan tekanan akan menyebabkan suatu pengurangan volume.
Dengan menyatakannya di dalam B, maka laju denyut longitudinal di dalam medium
adalah :
v = √ B / ρo
Jika
medium tersebut adalah sebuah gas, seperti udara, maka kita mungkin menyatakan
B di dalam tekanan gas yang tak terganggu ρo. Untuk sebuah gelombang
bunyi di dalam suatu gas, maka di dapatkan :
v
= √γ ρo / ρo
Di mana γ adalah sebuah
konstanta yang dinamakan perbandingan kalor jenis-kalor jenis untuk gas
tersebut. Jika medium tersebut adalah sebuah benda padat, maka modulus lenting
digantikan oleh modulus regang (yang dinamakan modulus Young). Jika benda padat
tersebut diperluas, maka harus diperhitungkan kenyataan bahwa, tidak seperti
fluida, sebuah benda padat akan memancarkan resistans kepada gaya tangensial
atau gaya geser dan laju gelombang longitudinal akan bergantung pada modulus
geser seperti juga pada modulus lenting.
CEPAT
RAMBAT BUNYI PADA MEDIUM PADAT, GAS, DAN CAIR
Cepat rambat bunyi pada
berbagai medium perantara berbeda-beda. Bunyi akan paling baik dalam zat padat
dan paling buruk dalam gas. Cepat rambat bunyi tergantung pada modulus
elastisitas dan kerapatan material. Di dalam zat cair dan zat padat, yang
tingkat kompresibilitasnya lebih kecil sehingga modulus elastisitasnya jauh
lebih besar, bunyi merambat dengan kecepatan yang cukup tinggi.
1.
Cepat
Rambat Bunyi Dalam Zat Padat
Cepat rambat
bunyi dalam zat padat tergantung pada modulus Young dan massa jenis zat padat.
Dengan
: E = modulus Young (N/m2)
v
= √E / ρ
ρ = massa jenis (kg/m3)
2. Cepat Rambat Bunyi Dalam Gas
Cepat
rambat bunyi dalam gas tergantung pada suhu dan jenis gas.
R . T Cp
v
= √ γ γ
=
Mr Cv
Dengan :
γ =
konstanta Laplace
R
= konstanta umum gas = 8,31 J/ mol K
Mr =
massa molekul relative gas
T = suhu
gas (K)
v = cepat rambat bunyi (m/s)
Pada
gas, cepat rambat bunyi sangat bergantung pada temperature. Sebagai contoh,
cepat rambat bunyi di udara meningkat sebesar 0,60 m/detik untuk setiap derajat
celcius kenaikan suhu.
v = 331
+ 0,60 T (m/detik)
Di
mana T adalah temperature (oC). Sebagai contoh, pada temperature 20oC,
bunyi akan merambat di udara dengan kecepatan :
v
= [331 + (0,60)(20)] m/detik = 343 m/detik.
Dalam medium udara, bunyi mempunyai sifat khusus,
antara lain :
a) Cepat
rambat bunyi tidak tergatung pada tekanan udara, artinya jika terjadi perubahan
tekanan udara, sepat rambat bunyi tidak akan berubah.
b) Cepat
rambat bunyi bergantung pada suhu. Makin tinggi suhu udara, makin besar cepat
rambat bunyi.
3.
Cepat
Rambat Bunyi Dalam Zat Cair
Cepat rambat
bunyi dalam zat cair tergantung pada modulus Bulk dan massa jenis zat cair.
B
v
= √
ρ
Dengan : v
= cepat rambat bunyi (m/s)
B
= modulus Bulk (N/m2)
ρ
= massa jenis zat (kg/m3)
Contoh :
Sebuah gelombang bunyi
mempunyai frekuensi sebesar 440 Hz. Berapakah panjang gelombang bunyi ini :
(a) Di
dalam udara
(b) Di
dalam air
Penyelesaian
:
Dik
: f = 440 Hz
Dit : a)
λ di udara ?
b) λ
di air?
Jawab :
a)
kecepatan bunyi di udara (v) = 331,3 m/s
v 331,3
λ = = =
0,753 m = 75,3 cm
f 440
b)
kecepatan bunyi di air (v) = 1450 m/s
v 1450
λ = = = 3,3
m
f 440
2.3.
Kecepatan Gelombang Suara (Bunyi) Pada
Medium Cair
Saat kita berada di kolam atau di dalam laut, maka
kita dapat mendengar bunyi dua buah batu yang saling beradu atau bunyi-bunyi
lainnya. Air merupakan salah satu medium yang dapat dilalui oleh rambatan
gelombang bunyi. Semua bunyi hasil vibrasi (contohnya vibrasi bunyi hewan laut
dalam). Gelombang-gelombang bunyi tidak sinusoidal seperti yang kita ketahui sebagai
gelombang normal, tetapi tekanan akustik naik dan turun secara sinusoidal.
Pada laut, suara dirambatkan melalui medium air.
Kecepatan rambat suara di laut berbeda dengan kecepatan rambat udara ataupun
daratan. Jika dibandingkan dengan cepat rambat udara, di laut kecepatan
rambatnya empat kali lebih cepat dibandingkan dengan cepat rambat bunyi di
udara. Hal tersebut diakibatkan partikel laut lebih rapat dibandingkan dengan
di udarayang lebih renggang. Sedangkan di darat (zat padat) lebih cepat di
bandingkan di laut karena benda padat memiliki kerapatan yang paling tinggi
dibandingkan dengan medium gas dan cair.
Kecepatan bunyi di air laut diasumsikan sebesar ±
1.500 m/s. Karakteristik utama kecepatan gelombang bunyi di lautan diberikan :
axial modulus
v
= √
densitas
KOMPONEN
YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN BUNYI DI LAUT
Yang
dapat mempengaruhi cepat rambat bunyi di laut antara lain suhu, tekanan dan
kedalaman, salinitas, densitas (kerapatan).
·
Suhu
/ Temperatur (T)
Pada prinsipnya,
semakin tinggi suhu suatu medium, maka semakin cepat perambatan bunyi dalam
medium tersebut. Dikarenakan makin tinggi suhu, maka semakin cepat getaran
partikel-partikel dalam medium tersebut. Akibatnya, proses perpindahan getaran
makin cepat.
Di laut sendiri,
pada lapisan Mix-Layer, pengaruh suhu sangat besar karena pada lapisan ini
pengaruh dari sinar matahari terhadap suhu permukaan sangat besar sehingga
mengakibatkan suhu pada lapisan Mix-Layer tinggi. Pada lapisan termoklin pun
suhu masih sangat berpengaruh, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan suhu
yang sangat mencolok. Akan tetapi pada lapisan Deep-Layer, suhu tidak begitu
mempengaruhi karena perubahan suhu yang tidak mencolok.
·
Tekanan
dan Kedalaman (P)
Setiap
penambahan kedalaman maka tekanan akan semakin tinggi. Semakin tinggi tekanan,
akan semakin tinggi cepat rambat bunyinya. Hal tersebut karena
partikel-partikel zat yang bertekanan tinggi terkompresi sehingga cepat rambat
yang dihasilkan lebih besar. Pengaruh tekanan akan lebih besar dari suhu dan
salinitas pada lapisan Deep-Layer.
·
Salinitas
(S)
Kenaikan
salinitas meningkatkan modulus axial, sehingga tiap kenaikan salinitas akan
meningkatkan cepat rambat bunyi.
·
Densitas
atau Kerapatan (ρ)
Makin rapat medium umumnya semakin besar cepat
rambat bunyi dalam medium tersebut. Penyebabnya adalah makin rapat medium maka
makin kuat gaya kohesi antar-partikel, akibatnya pengaruh suatu bagian medium
kepada bagian yang lain akan mengikuti getaran tersebut dengan segera sehingga
perpindahan getaran terjadi sangat cepat.
PROFIL
KECEPATAN BUNYI DI LAUT
Pada lapisan
permukaan (surface layer), kecepatan
bunyi cenderung meningkat karena suhu dan salinitas relative konstan dan
kecepatan suara hanya dipengaruhi oleh tekanan yang meningkat. Pada lapisan
termoklin (Thermocline), di mana
terjadi perubahan suhu dan salinitas yang lebih dominan daripada perubahan
tekanan, maka kecepatan bunyi mengalami penurunan.
Pada
lapisan dalam (Depp-Layer), suhu dan
salinitas kembali konstan dan terjadi perubahan tekanan terhadap kedalaman
sehingga kecepatan bunyi relative meningkat.
Kecepatan Bunyi di Setiap Kolom Air :
0
Depth
(kedalaman) 100
200
1000 2000
Speed
of Sound
(m/s)
PERHITUNGAN
KECEPATAN BUNYI DI LAUT
Perhitungan
kecepatan bunyi menjadi suatu nilai pendekatan kecepatan bunyi, di laut yang
dipengaruhi oleh tiga variable yaitu Suhu (T), Salinitas (S) dan Kedalaman (z).
Kecepatan bunyi di setiap kolom air berbeda-beda, tergantung daripada karakteristik
(elstisitas) dari kolom air itu sendiri.
Perhitungan Kecepatan Bunyi Rata-Rata
diberikan oleh :
x
Δzi
v =
Σ Δzi
Dari gambaran di atas :
(1000 m/s) (1000 m) +
(2000 m/s) (100 m)
v
=
(100 m) + (100 m)
=
1500 m/s
FUNGSI
GELOMBANG BUNYI DI LAUT
Gelombang bunyi di laut
dapat digunakan untuk :
1.
Mengukur kedalaman laut.
2.
Mengetahui topografi dasar laut.
3.
Stok Ikan.
4.
Menemukan kapal-kapal yang karan di
dasar laut.
5.
Penggunaan kapal selam.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Gelombang bunyi merupakan gelombang
mekanik longitudinal yang artinya gelombang bunyi membutuhka medium untuk
merambat secara sejajar getarannya.
2.
Gelobambang paling baik merambat pada
medium padat dan paling buruk pada medium gas. Cepat rambat ini dipengaruhi
oleh kerapatan medium-medium tersebut.
3.
Cepat rambat bunyi di laut (medium cair)
dipengaruhi oleh suhu, salinitas, tekanan dan kedalaman, serta densitas atau
kerapatan.
4.
Secara umum, kecepatan gelombang ditentukan
oleh panjang gelombang dan frekuensinya atau jarak tempuh dan waktu (v = λ.f).
Dalam zat cair, kecepatan ini dipengaruhi oleh modulus axial dan densitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiwarsito.
2009. Gelombang Bunyi. http://www.adiwarsito.files.wordpress.com.
Diakses tanggal 20/02/2012/pukul 21.00 WIB
Anonim. 2009. Cepat Rambat Gelombang Bunyi. http://www.crayonpedia.org. Diakses tanggal 20/02/2012/pukul 20.00 WIB
Anonim. 2011. Cepat Rambat Gelombang. http://www.blogger.com.
Diakses tanggal 20/02/2012/ pukul 21.00 WIB
Anonim. 2012. Gelombang Bunyi. http://id.wikipedia.org/wiki/bunyi. Diakses tanggal
20/02/2012/pukul 20.00 WIB
Kurniawati. 2011. Cepat Rambat Gelombang Bunyi. http://blog.unnes.ac.id. Diakses tanggal 20/02/2012/pukul 19.35 WIB
Pusat Kajian Radiografi dan Imajing. 2010. Gelombang Bunyi. http://puskaradim.blogspot.com. Diakses tanggal 20/02/2012/ pukul 21.00 WIB
Ramawijaya dan Shifa Dwi Fitriani. 2012.
UNPAD : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Sari, Eka Mulya. 2010. Kecepatan Gelombang Pada Medium Cair. http://tugasfisikaeka.bolg.com. Diakses tanggal 21/02/2012/pukul 21.00 WIB
Supangat, Agus. Pegantar Oseanografi. Riset
Kelautan dan Perikanan Non Hayati
Tim Penyusun. 2010. Speed of Sound in the Water Column. ITB : Bahan Kuliah Hydro
Acoustic
Isinya bgus, tapi agak terganggu dgn background hitam yg membuat tulisan kurang jelas
BalasHapusTerima kasih atas sarannya :) ,,
Hapusmedium perambatan bunyi rujukan dimana ya?
BalasHapusTerima kasih, ini membantu saya mengerjakan PR (^^)
BalasHapusKunjungi blog saya juga, ya :)
http://www.miyoko-san.blogspot.com
Terima kasih yaa. Moegha dapat pahala yang besar. Amiin
BalasHapusapabila bunyi merambat di udara frekuensinya makin besar maka ?
BalasHapustolong bantuin ya...BTW makasih buat ilmunya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih
BalasHapusIya
Hapusrumus-rumus dan gambarnya masih berantakan.
BalasHapustapi tulisannya sudah bagus bahaasanya juga enak dibaca